Lampung Blogging: Menyamar Jadi Rakyat Tanpa Media. Itu Kebiasaan Bung Karno

Informasi Terbaru

Friday 30 October 2015

Menyamar Jadi Rakyat Tanpa Media. Itu Kebiasaan Bung Karno


Bung Karno Berbincang Dengan Warga


Lampung Blogging_  Soekarno, atau yang akrab dipanggil Bung Karno, tak hanya popular dikalangan masyarakat Indonesia. Bahkan, sejarah dunia pun mencatat  keberanian si Bung, sehingga tak hanya sekedar popular, negeri-negeri kuat seperti Amerika pun,  segan dengan sosok Presiden RI Pertama ini.

Menjadi populer dan dikenal banyak orang tidak selalu menyenangkan. Itulah yang dirasakan pula Soekarno. Sejak dikukuhkan sebagai orang nomor satu di Indonesia, praktis pribadinya menjadi terpenjara. Dikelilingi pengawal, dibatasi protokoler, dan tentu disibukkan dengan segala jadwal/agenda kenegaraan. Tidak banyak yang mengetahui tentang kisah Soekarno membaur dengan rakyat. Kepada Cindy Adams (penulis biografi Soekarno), dituturkan bahwa dirinya sering merasa lemas, napas seakan berhenti apabila tidak bisa keluar Istana dan bersatu dengan rakyat jelata yang melahirkannya. Ungkapan ini menyiratkan apabila sosok Soekarno diibaratkan sebagai 'kacang yang tak lupa dengan kulitnya'.

Oleh karenanya, kebiasaan untuk menyusup di tengah rakyat sangat sulit dihilangkan dan tidak bisa pula untuk dihindarkan. Konon, ada yang mengatakan jika Soekarno menggunakan 'ilmu sirap mata' supaya orang tidak mengenal beliau. Itu dusta dan fitnah! Caranya begitu mudah, yaitu merubah kebiasaan penampilan. Selama ini rakyat hanya mengenal Bung Karno dari penampilannya yang sekaligus menjadi ciri khas beliau, yaitu baju seragam dan peci hitam. Rakyat jarang memperhatikan penampilan keseharian, atau setidaknya bentuk penampilan lainnya. Ketika Bung Karno berganti pakaian dengan hanya mengenakan sandal, pantolan, atau berkemeja ala kadarnya, ditambah dengan kacamata berbingkau tanduk, maka bisa dipastikan Bung Karno sudah berbeda sama sekali.



Di mana ketika Soekarno menyusup di tengah rakyat? Tempat yang paling sering dikunjungi adalah pasar rakyat (pasar tradisional). Suasana dengan bau yang tidak wajar, lalu berdesakan dengan kerumunan orang adalah satu hal yang disukai oleh Soekarno. Ada kemudian lokasi di warung tegal atau warung nasi di mana orang sering bercengkerama mempergunjingkan sesuatu. Suasana yang khas kerakyatan atau suasana rakyat jelata. Berkumpul dan bersendau-gurau ditemani rokok dan kopi. Bung Karno sangat merindukan suasana seperti ini. Pembicaraan dan kelakar 'kampungan', gosip rakyat, perilaku kampung, dan suasana obrolan 'murahan' khas rakyat jelata. Jangan lupa, tidak jarang pula Bung Karno bahkan ikut nimbrung dalam obrolan tadi. Bukan asal mendengar atau menguping. Adakah rakyat yang menyadari kehadiran beliau? Ada yang menyadari, tapi cukup banyak yang tidak menyadari. Jika pun mereka menyadari kehadiran beliau, itu pun terlambat, karena mereka menyadari setelah Bung Karno (menyamar) sudah meninggalkan mereka. Itu pun terkadang mereka tidak yakin, atau setengah percaya. Jika ada yang mau 'membual' pernah bercakap dengan Soekarno, tentu akan banyak yang mentertawakan.

Akhirnya, cerita tentang Soekarno menyusup di tengah rakyat hanya menjadi 'mitos' di antara cerita rakyat. Sering pula Soekarno makan di pinggir jalan, tentu tidak dengan penampilan khasnya. Jika pun ada yang mengenal, tentu mereka akan setengah percaya. Menjadi semakin tidak percaya jika sosok yang dicuriga malah menyantap sambil duduk di trotoar. Padahal orang itu memang Soekarno, tapi tidak ada yang merasa yakin! Keberadaan pengawal akan lebih banyak mengganggu, kecuali jika dibutuhkan. Dalam penyamarannya, Bung Karno lebih sering terlihat sendirian, ketimbang ditemani orang lain (pengawal). Apalagi penampilan pengawal istana yang berambut cepak, tentu akan semakin mudah membuat penyamaran terbongkar. Bilamana penyamaran itu terbongkar? Tentu ini sesuatu yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun.

Di satu pihak, ada cukup banyak musuh Soekarno yang hendak mengancam keselamatannya. Di lain pihak, Bung Karno ingin tetap kebiasaannya ini hanya menjadi 'cerita rakyat', supaya beliau tetap bisa dekat dengan rakyat. Kedekatan pribadi seorang pemimpin dengan rakyat, tentu akan memberikan 'ciri khas' pada cara berpikirnya.

Mari kita bercermin dengan kepemimpinan nasional sekarang ini yang semakin jauh dari rakyat. Padahal mereka didukung melalui pilkada, pemilu/pemileg, atau pilpres. Bahkan ketika ada peristiwa seorang ibu bunuh diri dengan mengajak anaknya, tidak ada satu pun di antara mereka yang merasa tersentuh. Tidak mengherankan apabila mereka tidak segan untuk menjual negerinya sendiri dengan membabati hutan belantara. Lihatlah, mereka lebih sibuk mengurusi kesejahteraannya sendiri, atau mungkin uang kerja/politiknya (dana aspirasi). Mereka tidak pernah bisa mengerti jika ada guru yang hanya mendapatkan upah kurang dari Rp 200 ribu per bulan.

Mereka terlihat bangga mempresentasikan keberhasilan program kerjanya, tapi apakah mereka pernah merasakan 'makan nasi aking'? Sangat jarang ada pemimpin dunia yang punya kisah seperti Soekarno. Kisah tentang penyamarannya di tengah rakyat, bahkan hanya bisa disejajarkan dengan Harun Al-Rasyid. Itu pun hanya mitos. Toh tidak banyak di antara rakyat Indonesia yang mengetahui 'cara unik' Soekarno untuk bisa dekat dengan rakyat.

Cerita saya ini pun mungkin hanya mitos, mengingat tidak ada referensi yang menguatkan 'kisah' ketika Bung Karno berada di tengah rakyat. Tidak ada tanggal, tidak ada bukti waktu, tidak ada bukti lokasi yang dikunjungi, maka semua cerita tersebut hanya menjadi rahasia Soekarno dan Allah SWT.

Demikian sekelumit Informasi Unik mengenai Bung Karno. Semoga bermanfaat. Ikuti terus lampungblogging.blogspot.co.id dan dapatkan info menarik lainnya. Salam Blogging.



1 comment:

Hindari Komentar yang mengandung Spam, P*rn* dan SARA.