Bung Karno Berbincang Dengan Warga
Lampung Blogging_ Soekarno, atau yang akrab dipanggil Bung
Karno, tak hanya popular dikalangan masyarakat Indonesia. Bahkan, sejarah dunia
pun mencatat keberanian si Bung,
sehingga tak hanya sekedar popular, negeri-negeri kuat seperti Amerika
pun, segan dengan sosok Presiden RI
Pertama ini.
Menjadi populer dan
dikenal banyak orang tidak selalu menyenangkan. Itulah yang dirasakan pula
Soekarno. Sejak dikukuhkan sebagai orang nomor satu di Indonesia, praktis
pribadinya menjadi terpenjara. Dikelilingi pengawal, dibatasi protokoler, dan
tentu disibukkan dengan segala jadwal/agenda kenegaraan. Tidak banyak yang
mengetahui tentang kisah Soekarno membaur dengan rakyat. Kepada Cindy Adams
(penulis biografi Soekarno), dituturkan bahwa dirinya sering merasa lemas,
napas seakan berhenti apabila tidak bisa keluar Istana dan bersatu dengan
rakyat jelata yang melahirkannya. Ungkapan ini menyiratkan apabila sosok
Soekarno diibaratkan sebagai 'kacang yang tak lupa dengan kulitnya'.
Oleh karenanya,
kebiasaan untuk menyusup di tengah rakyat sangat sulit dihilangkan dan tidak
bisa pula untuk dihindarkan. Konon, ada yang mengatakan jika Soekarno
menggunakan 'ilmu sirap mata' supaya orang tidak mengenal beliau. Itu dusta dan
fitnah! Caranya begitu mudah, yaitu merubah kebiasaan penampilan. Selama ini
rakyat hanya mengenal Bung Karno dari penampilannya yang sekaligus menjadi ciri
khas beliau, yaitu baju seragam dan peci hitam. Rakyat jarang memperhatikan
penampilan keseharian, atau setidaknya bentuk penampilan lainnya. Ketika Bung
Karno berganti pakaian dengan hanya mengenakan sandal, pantolan, atau berkemeja
ala kadarnya, ditambah dengan kacamata berbingkau tanduk, maka bisa dipastikan
Bung Karno sudah berbeda sama sekali.
Di mana ketika
Soekarno menyusup di tengah rakyat? Tempat yang paling sering dikunjungi adalah
pasar rakyat (pasar tradisional). Suasana dengan bau yang tidak wajar, lalu
berdesakan dengan kerumunan orang adalah satu hal yang disukai oleh Soekarno.
Ada kemudian lokasi di warung tegal atau warung nasi di mana orang sering
bercengkerama mempergunjingkan sesuatu. Suasana yang khas kerakyatan atau
suasana rakyat jelata. Berkumpul dan bersendau-gurau ditemani rokok dan kopi.
Bung Karno sangat merindukan suasana seperti ini. Pembicaraan dan kelakar
'kampungan', gosip rakyat, perilaku kampung, dan suasana obrolan 'murahan' khas
rakyat jelata. Jangan lupa, tidak jarang pula Bung Karno bahkan ikut nimbrung
dalam obrolan tadi. Bukan asal mendengar atau menguping. Adakah rakyat yang
menyadari kehadiran beliau? Ada yang menyadari, tapi cukup banyak yang tidak
menyadari. Jika pun mereka menyadari kehadiran beliau, itu pun terlambat,
karena mereka menyadari setelah Bung Karno (menyamar) sudah meninggalkan
mereka. Itu pun terkadang mereka tidak yakin, atau setengah percaya. Jika ada
yang mau 'membual' pernah bercakap dengan Soekarno, tentu akan banyak yang
mentertawakan.
Akhirnya, cerita
tentang Soekarno menyusup di tengah rakyat hanya menjadi 'mitos' di antara
cerita rakyat. Sering pula Soekarno makan di pinggir jalan, tentu tidak dengan
penampilan khasnya. Jika pun ada yang mengenal, tentu mereka akan setengah
percaya. Menjadi semakin tidak percaya jika sosok yang dicuriga malah menyantap
sambil duduk di trotoar. Padahal orang itu memang Soekarno, tapi tidak ada yang
merasa yakin! Keberadaan pengawal akan lebih banyak mengganggu, kecuali jika
dibutuhkan. Dalam penyamarannya, Bung Karno lebih sering terlihat sendirian,
ketimbang ditemani orang lain (pengawal). Apalagi penampilan pengawal istana
yang berambut cepak, tentu akan semakin mudah membuat penyamaran terbongkar.
Bilamana penyamaran itu terbongkar? Tentu ini sesuatu yang sangat tidak
diinginkan oleh siapapun.
Di satu pihak, ada
cukup banyak musuh Soekarno yang hendak mengancam keselamatannya. Di lain
pihak, Bung Karno ingin tetap kebiasaannya ini hanya menjadi 'cerita rakyat',
supaya beliau tetap bisa dekat dengan rakyat. Kedekatan pribadi seorang
pemimpin dengan rakyat, tentu akan memberikan 'ciri khas' pada cara berpikirnya.
Mari kita bercermin
dengan kepemimpinan nasional sekarang ini yang semakin jauh dari rakyat.
Padahal mereka didukung melalui pilkada, pemilu/pemileg, atau pilpres. Bahkan
ketika ada peristiwa seorang ibu bunuh diri dengan mengajak anaknya, tidak ada
satu pun di antara mereka yang merasa tersentuh. Tidak mengherankan apabila
mereka tidak segan untuk menjual negerinya sendiri dengan membabati hutan
belantara. Lihatlah, mereka lebih sibuk mengurusi kesejahteraannya sendiri,
atau mungkin uang kerja/politiknya (dana aspirasi). Mereka tidak pernah bisa
mengerti jika ada guru yang hanya mendapatkan upah kurang dari Rp 200 ribu per
bulan.
Mereka terlihat
bangga mempresentasikan keberhasilan program kerjanya, tapi apakah mereka
pernah merasakan 'makan nasi aking'? Sangat jarang ada pemimpin dunia yang
punya kisah seperti Soekarno. Kisah tentang penyamarannya di tengah rakyat,
bahkan hanya bisa disejajarkan dengan Harun Al-Rasyid. Itu pun hanya mitos. Toh
tidak banyak di antara rakyat Indonesia yang mengetahui 'cara unik' Soekarno
untuk bisa dekat dengan rakyat.
Cerita saya ini pun
mungkin hanya mitos, mengingat tidak ada referensi yang menguatkan 'kisah'
ketika Bung Karno berada di tengah rakyat. Tidak ada tanggal, tidak ada bukti
waktu, tidak ada bukti lokasi yang dikunjungi, maka semua cerita tersebut hanya
menjadi rahasia Soekarno dan Allah SWT.
Demikian sekelumit
Informasi Unik mengenai Bung Karno. Semoga bermanfaat. Ikuti terus
lampungblogging.blogspot.co.id dan dapatkan info menarik lainnya. Salam
Blogging.
mantap
ReplyDelete